Asthma bronkhiale
By : joko santoso.Amf (physiotherapist of PT.GULA PUTIH MATARAM)
Asthma
bronkhiale adalah suatu penyakit yang ditandai oleh adanya hiper
reaktivitas saluran napas terutama trakhea dan bronkhus terhadap suatu
rangsangan. Penyakit ini dapat menyerang pada berbagai usia, terutama
pada usia anak dan lansia. Waktu serangan kebanyakan terjadi pada malam
hari dan pagi hari.
Tanda dan gejalanya adalah adanya inflamasi
kronik saluran napas yang disebabkan oleh adanya peningkatan respon yang
berlebihan atau hiperresponsive dari jalan napas terhadap allergen
,yang sering berhubungan dengan adanya obstruksi jalan napas yang luas
dan sering kali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan.
Obstruksi tersebut terjadi karena adanya spasme otot-otot bronchus,
adanya inflamasi kelenjar mukosa, serta adanya produksi mucus yang
berlebihan
Sebagai akibat dari adanya obstruksi tersebut
dapat memicu terjadinya gejala yang bersifat episodic dan berulang
berupa sesak napas, dada terasa berat, dengan disertai adanya mengi atau
suara napas yang melengking dan batuk-batuk berdahak, terutama pada
malam hari atau pagi hari.
Batuk pada penderita asma awalnya adalah
merupakan gejala, tetapi pada akhirnya akan menjadi suatu permasalahan
tersendiri dari sekian banyak permasalahan yang ada. Beberapa
permasalahan yang sering kali menyertai pada penderita asma bronkhiale
adalah adanya sesak napas, adanya gangguan pembersihan jalan napas, air
flow, penyempitan jalan napas, gangguan pertukaran gas, disfungsi
otot-otot pernapasan, serta gangguan pola pernapasan (abnormal breathing
pattern) dan batuk yang pada hakekatnya saling berhubungan antara satu
dengan yang lainnya.
Batuk pada penderita asma bronkhiale sangat
bervariasi, yang dapat dilihat dari frekuensi atau seringnya batuk.
Frekuensi seringnya batuk pada penderita asthma bronkhiale dipengaruhi
oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1).Hiperskeresi bronchus yang menghasilkan mucus yang berlebihan.
2). Penumpukan mucus atau seputum karena menurunnya fungsi silia.
3). Ventilasi yang rendah karena obstruksi jalan napas.
4). Daya tahan tubuh yang menurun.
Penatalaksanaan
fisioterapi pada penderita asma bronchiale di rumah sakit maupun di
klinik-klinik fisioterapi sering dilakukan dengan memberikan intervensi
dengan microwave diathermi, postural drynage dan breathing exercise.
Microwafe
diathermi adalah suatu modalitas fisioterapi dengan menggunakan arus
bolak-balik dengan frekuensi 2450 MHz dan panjang gelombang 12,25 cm.
Berdasarkan frekuensi dan panjang gelombangnya maka microwave diathermi
mempunyai kemampuan penetrasi kedalam jaringan ± 3 cm atau dapat
mencapai jaringan otot. Dengan aplikasi dari pendekatan anterior dan
posterior dinding thorak, dengan efek thermal dari microwave diathermi
diharapkan dapat meningkatkan metabolisme otot khususnya otot-otot
pernapasan, meningkatkan sirkulasi darah lokal, meningkatkan elastisitas
jaringan, menurunkan tonus otot-otot pernapasan dan otot polos dinding
bronchus melalui normalisasi nosisensorik, sehingga dapat diperoleh efek
relaksasi pada otot polos bronchus dan otot-otot pernapasan.
Efek
relaksasi pada otot polos bronchus tersebut, diharapkan akan terjadi
perubahan pada bronchus yaitu menurunnya stress mekanik pada dinding
bronchus dan terjadinya dilatasi atau pelebaran bronchus. Dengan
menurunnya stress mekanik pada dinding bronchus maka diharapkan dapat
menurunkan hiperskresi mucus dan dapat menurunkan frekuensi batuk .
Dengan terjadinya dilatasi bronchus tersebut, akan memberikan efek
kemudahan dalam pengaliran mucus dan menurunkan sesak napas.Efek
relaksasi pada otot-otot pernapasan adalah menurunnya ketegangan
otot-otot pernapasan, meningkatnya metabolisme otot, nutrisi untuk otot
tercukupi sehingga otot-otot pernapasan dapat bekerja optimal dan
pernapasan menjadi lebih baik untuk menghasilkan ventilasi paru yang
adequate.
Postural drainage adalah suatu metode pembersihan saluran
napas dengan cara memposisikan penderita sedemikian rupa, dan dengan
pengaruh gravitasi, mucus dapat dialirkan ke saluran yang lebih besar,
sehingga mudah untuk dikeluarkan. Dalam pelaksanaannya postural drainage
ini selalu disertai dengan tapotement atau tepukan dengan tujuan untuk
melepaskan mucus dari dinding saluran napas dan untuk merangsang
timbulnya reflek batuk, sehinggga dengan reflek batuk mucus akan lebih
mudah dikeluarkan. Jika saluran napas bersih maka pernapasan akan
menjadi normal dan ventilasi menjadi lebih baik. Jika saluran napas
bersih dan ventilasi baik maka frekuensi batuk akan menurun.
Breathing
exercise adalah suatu metode latihan pernapasan yang dilakukan dengan
type tertentu, untuk tujuan tertentu serta diaplikasikan pada kondisi
tertentu pula. Breathing exercise yang dimaksud di sini adalah force
passive breathing exercise yaitu suatu bentuk latihan napas yang dalam
pelaksanaannya sering dilakukan bersamaan dengan postural drynage atau
dilakukan dalam sesi tersendiri, dimana saat akhir dari ekspirasi
diberikan suatu penekanan dengan arah sesuai dengan gerakan segmen
thorak saat ekspirasi dan saat inspirasi tekanan dihilangkan namun
tangan fisioterapist tetap menempel pada segmen dinding thorak tersebut
dan mengarahkan gerakan sesuai gerakan segmen dinding thorak tersebut
saat inspirasi. Dengan breathing exercise ini akan dapat menurunkan
udara residu dan mengefektifkan kerja dari otot-otot pernapasan sehingga
dapat memperbaiki ventilasi paru yang menurun pada penderita asma
bronkhiale
Jika ventilasi baik maka akan dapat menghasilkan batuk
yang efektif. Jika batuk efektif maka mucus akan mudah untuk di
keluarkan, jika mucus keluar maka saluran napas bersih, dan jika saluran
napas bersih maka frekuensi batuk akan menurun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar